Bekasi,SuaraClara – Di sebuah kapel (gereja kecil) yang belum selesai dibangun, sekumpulan suster dari kongregasi Suster Loretto (SL) kebingungan. Bangunan kapel hampir rampung 95%. Akan tetapi, pada sisi belakang di bagian atas, ada balkon yang dikhususkan dibangun untuk petugas koor atau paduan suara, tapi tidak ada akses ke balkon tersebut.
Awalnya, arsitek terkenal dari Prancis yang bernama Antoine Mouly didatangkan untuk membangun kapel ini. Dalam pekerjaan tersebut, anehnya Antoine mengalami kebutaan. Lalu, pekerjaan tersebut diteruskan putranya, Projectus Mouly. Tiba-tiba, Projectus pun meninggal dunia pada saat keseluruhan kapel hampir diselesaikan. Hanya ada satu bagian yang belum ada, yaitu akses untuk naik ke balkon petugas koor. Jarak dari lantai dasar ke balkon sekitar 6 meter.
Superior atau kepala biara, Suster Magdalena, kembali melihat kondisi kapel itu dengan sedih. Beberapa tukang yang baru dipanggil lagi untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi mereka semua menyimpulkan bahwa akses ke balkon harus melalui tangga. Karena kapel ini ukurannya kecil, maka jika dibangun anak tangga ukuran standar pada masa itu, ukurannya akan sangat besar dan memakan tempat.
Dengan desain gereja pada masa periode awal, cara naik ke atas balkon paduan suara umumnya mempergunakan tiang tangga (seperti tiang tangga bambu di Indonesia) daripada pijakan anak tangga bertingkat. Namun, para suster kongregasi Loretto merasa tidak nyaman untuk menaiki tiang tangga karena jubah panjang yang setiap waktu mereka kenakan. Akhirnya, tak ada satu pun tukang yang mau mengerjakannya.
Karena sangat memerlukan anak tangga untuk naik ke balkon petugas koor, para suster sepakat untuk memanjatkan intensi doa yang secara khusus ditujukan kepada Santo Yosef, santo pelindung para tukang kayu, selama sembilan hari berturut-turut. Itu yang dinamakan novena.
Novena dari kata Latin novem, artinya sembilan. Doa novena merupakan devosi dalam bentuk doa yang dipanjatkan selama 9 hari berturut-turut (tidak terputus) untuk memohon rahmat khusus dari Tuhan, seringkali berdoa bersama para santo-santa.
Lalu, pada hari kesembilan atau terakhir novena yang dilakukan suster-suster Loretto, muncul seorang pria berjanggut yang tengah mencari pekerjaan di depan kapel. Dia datang dengan menunggang keledai, sambil membawa palu, seperangkat kotak peralatan sederhana, dan beberapa pasak kayu.
Pria tersebut menyanggupi untuk membuat tangga di dalam kapel, tetapi dengan syarat. Dia meminta tidak ada yang melihatnya bekerja dan membiarkannya sendiri. Para suster setuju. Bagi mereka, yang penting akses tangga menuju balkon ini selesai dibangun.
Akhirnya, tukang kayu tua itu mulai bekerja sendirian siang malam dengan amat cepat. Ia membentuk kayu dengan sabar untuk membangun anak tangga tanpa paku, lem, dan tiang.
Setelah pengerjaan selama tiga bulan, tangga kayu menuju balkon sudah jadi dibuat. Setelah selesai, dia melapor ke superior biara, Suster Magdalena.
Ketika Suster Magdalena masuk, ia menatap takjub. Di sana, di pojok terdapat sebuah tangga yang amat indah, berdiri bebas (freestanding) menuju serambi atau balkon atas petugas koor, dalam bentuk spiral rangkap. Setiap bagiannya dengan sangat sempurna dipasangkan pada suatu alur, tanpa sebatang paku pun dipergunakan dalam bangunan tangga. Tanpa tiang penyangga, tanpa menempel pada dinding, tanpa tanda-tanda paku atau sekrup, melainkan hanya beberapa pasak kayu. Di samping itu, kayu yang dipergunakan tidak seperti kayu-kayu yang pernah dilihat Suster Magdalena, walau si tukang kayu tidak membawa sebatang kayu pun bersamanya.
Ketika pekerjaan telah selesai dan superior biara hendak membayar si tukang kayu atas hasil kerjanya, si tukang kayu diam-diam menghilang. Bahkan tidak ada yang melihatnya pergi dari kapel tersebut.
Para suster menyebar mencari ke kota sembari menanyakan kepada para tukang dan penduduk setempat, tapi tak ada satu pun yang melihat tukang kayu tua tersebut. Suster juga memasang iklan di surat kabar lokal, tapi hasilnya nihil. Salah satu biarawati segera menghubungi toko panglong kayu di daerah tersebut, tapi tidak ada riwayat pembelian kayu tersebut dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan kayu tersebut sebenarnya dari pohon yang telah punah pada masanya. Siapa sebenarnya tukang kayu misterius tersebut?
Selain misteri identitas tukang kayu, juga tak seorang ahli pun mengerti bagaimana tangga ini dapat seimbang dan tidak roboh tanpa tiang penyangga di tengah, tanpa paku atau sekrup. Material kayu yang sangat padat untuk tangga spiral ini juga tak terdapat di mana pun, kecuali berasal dari kayu pohon Timur Tengah yang telah lenyap di dunia saat itu. Yang bikin heran lagi, undakan atau anak tangganya berjumlah 33, yang mengingatkan kita pada 33 tahun Yesus Kristus hidup di bumi.
Tangga spiral memiliki dua putaran 360 derajat tanpa tiang tengah sebagai penyangga struktural. Dua putaran 360 derajat artinya tangga yang tingginya sekitar enam meter ini berputar dua kali penuh pada porosnya hingga mencapai balkon paduan suara. Seluruh beban tangga bertumpu pada anak tangga paling bawah.
Identitas dari tukang kayu misterius itu tetap tidak diketahui hingga kini. Karena begitu menyelesaikan tangga spiral yang ajaib itu, dia menghilang pergi secara misterius. Akhirnya banyak orang menyimpulkan dan percaya bahwa tukang kayu misterius itu adalah Santo Yosef sendiri, yang datang sebagai jawaban atas doa para suster.
Tangga spiral ini dikenal sebagai “Tangga Loretto”. Tangganya berada di dalam Kapel Loretto, kota Santa Fe, di New Mexico, salah satu negara bagian Amerika Serikat. Kapel Loretto selesai dibangun pada tahun 1878. Sejak 1971, Kapel Loretto tak dipergunakan lagi dan menjadi museum serta tempat pernikahan.
Dalam beberapa waktu kemudian, memang ditambahkan pegangan tangga untuk mempermudah saat menaikinya. Pada pertengahan abad ke-20 juga ditambahkan penahan di bagian luar yang menghubungkan tangga dengan pilar dinding agar tahan dari getaran setiap kendaraan lewat.
Tangga Loretto ini telah menjadi salah satu ikon arsitektur religius paling terkenal di dunia, menarik ratusan ribu peziarah dan wisatawan setiap tahunnya untuk menyaksikan keajaiban yang sulit dijelaskan secara ilmiah ini.
Hingga kini, tangga ini tetap berdiri kokoh, menjadi bukti nyata kuasa Tuhan dan rahmat Santo Yosef. Yosef atau Yusuf adalah nama yang sama, berasal dari kata Yōsēph (Ibrani), Ioseph (Yunani), Iōsēphus (Latin), yang artinya “Tuhan menambahkan”.
Penginjil Matius menyebut pekerjaan St. Yosef yaitu tukang kayu (Mat. 13:55). Sebagai tukang kayu, tangannya lebih bermakna (berbicara banyak) dari pada mulutnya, pekerjaannya lebih bermakna dari pada kata-katanya. “Dari dia, Yesus belajar tentang nilai, martabat dan kegembiraan makan roti hasil kerja sendiri. Ia adalah pribadi yang bekerja, apa pun pekerjaannya, bekerja sama dengan Allah sendiri, menjadi pencipta-pencipta kecil dalam dunia di sekeliling kita,” kata Paus Fransiskus.
Mungkin Anda memiliki “tangga” Anda sendiri yang perlu dibangun, tetapi Anda tidak tahu bagaimana cara menuntaskannya. Seperti para suster, Anda dapat berdoa, dan terus berdoa, sampai Pak Tukang Kayu melakukan keajaiban yang hanya dapat dilakukan oleh-Nya.
Ite ad Joseph (Pergilah kepada Yosef!)
Selamat memperingati Hari Raya St. Yosef!
Penulis : Febry Silaban – Mantan Frater Capusin
Santa Clara Bekasi Paroki Bekasi Utara