“Meriah dan bagus banget misa syukur HUT pagi ini, Bu. Saya sampai merinding dan terharu.” Komen seorang anak OMK yang hari itu turut dilantik sebagai pengurus baru. Ya, dalam misa Minggu, 11 Agustus 2024 pukul 09.00 Bapak Vikjen Keuskupan Agung Jakarta, Romo Samuel Pangestu Pr melantik dan memberkati 135 Ketua Seksi dan Kelompok Kategorial berikut para pengurusnya. Dalam prosesi perecikan, lagu Aku Melayani Tuhan karya Martin Runi mengalun syahdu.
Misa HUT Paroki Bekasi Utara Gereja Santa Clara yang ke-26 ini dipimpin 5 pastor dan Romo Samuel sebagai selebran utamanya. Sebagai konselebran adalah Romo Kaprilius Sitepu OFM Cap, Romo Maseo Sitepu OFM Cap, Romo Monaldus Banjarnahor OFM Cap, dan Romo Nestor Togu Sinaga OFM Cap.
Misa pagi itu memang agak berbeda. Sebelum misa dimulai, Hymne Santa Clara karya Ernest Maryanto mengalun agung dibawakan oleh koor dan umat. Sebanyak 13 vandel wilayah diarak oleh 13 Ketua Wilayah menuju altar dan ditahtakan di kiri-kanan tangga altar. Mereka mengenakan pakaian daerah masing-masing. Melambangkan rasa syukur dan keterlibatan ketigabelas wilayah yang terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya, dalam rangkaian perayaan Syukur HUT ke-26 ini.

Selanjutnya lagu pembukaan dengan gaya Timor, Mari Masuk Rumah Tuhan, berkumandang. Sembilan penari dari Paguyuban Fobamorata, berpakaian kain tenun dari beberapa suku di Nusa Tenggara Timur, membuka jalannya perarakan petugas liturgi dengan Tarian Ja’i dan Toja Pala. Kepala para penari perempuan berhiaskan bulan sabit emas lambang cinta kasih Tuhan atas tanah air yang subur. Tarian ini berasal dari daerah Ngada Bajawa untuk menyambut tamu kehormatan. Seorang pemuda bergerak paling depan membawa pedang panjang. Lambang seorang ksatria yang menjaga dan melindungi para petugas liturgi dan penari yang diantarnya. Tarian ini dikoordinir oleh Dominggus Taolin dan Raymond Adja.
Di panti imam, patung Santa Clara ditahtakan berhiaskan bebungaan. Vandel Gereja Santa Clara dan vandel KAJ juga dipasang bersama vandal 13 wilayah. Dekorasi altar kali ini lebih meriah dari biasanya. Dengan nuansa merah, kuning dan putih. Khas warna bendera Indonesia dan Vatikan. Kemeriahan itu sebagai lambang syukur umat atas nama pelindung gereja, Santa Clara. Teks misa dan bacaan mengikuti rumusan perayaan orang-orang kudus Fransiskan, sebab Santa Clara merupakan salah satu tokoh pengikut Santo Fransiskus Azizi yang paling penting dan sangat dihormati.
Koor merupakan gabungan personil dari beberapa wilayah di bawah komando Melinda Sujadi dan Yohanes Yudistira. Mereka mempersiapkan lagu-lagu liturgis bergaya daerah untuk menunjukkan keragaman budaya dan keguyupan umat Santa Clara. Lagu-lagu Komuni dipilih yang bergaya Mandarin “Karna Cinta-Mu”, bergaya Batak “Arbab”, dan bergaya Dayak “Bagai Bumi Tersiram Hujan.” Selain diiringi orgen, juga diiringi tifa, gitar, dan biola yang dimainkan oleh anak-anak OMK di bawah koordinasi Julius Puguh Wiratmo dan Willson Christoper Gadi. Petugas koor yang berjumlah 70 orang ini juga mengenakan busana daerah masing-masing. Ada 6 dirigen senior yang memimpin lagu-lagi yang mereka bawakan.
Lagu bergaya Jawa, Sembahan Sudra, mengiringi perarakan persembahan yang diantar oleh 4 penari dari Paguyuban Ketan Jawi yang berkain dan berkebaya. Mereka dipersiapkan oleh Caecilia Sri Wahyuni dan Yustina Tri Astuti. Selain hosti dan anggur, ada pula jajanan pasar, kapal pinisi dari rangkaian permen yang ditandu 4 pemuda dan keranjang kolekte. Semua petugas pembawa persembahan mengenakan busana bugis. Seni pembuatan kapal pinisi di Sulawesi Selatan merupakan warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO. Kapal pinisi diakui sebagai bagian dari seni berlayar wilayah kepulauan yang tak ternilai. Itulah kenapa, panitia mengangkat replica kapal pinisi sebagai persembahan. Betapa kita harus menghargai budaya bangsa. Dan kapal juga menggambarkan bahtera gereja Santa Clara yang dinahkodai para pastor dengan 9.200 umat di dalamnya. Bersama mengarungi lautan dan gelombang peziarahan hidup menuju pelabuhan abadi, yaitu Yesus Kristus.
Perarakan petugas liturgi menuju sankristi, diantar oleh para penari dari IKKSU. Mereka mengenakan kebaya, kain ulos dan ikat kepala khas Batak Toba yang disebut sortali. Tarian ini dikoordinir oleh Kressensia Harianja. Lagu Datanglah Tuhan (Sigulempong) yang diaransemen oleh Lilik Sugiarto, mengiringi para penari dan petugas liturgi menuju sankristi dengan meriah.
Demikianlah, Misa HUT Gereja Santa Clara ke-26 yang dikoordinir oleh Yoseph Adi Saptono ini, bukan hanya sekedar kemeriahan tanpa makna. Namun merupakan penghargaan pada budaya bangsa dan ungkapan syukur seluruh umat Gereja Santa Clara yang berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan yang memuncak dalam Ekaristi Kudus.
Penulis : Rini Giri – Warga Lingkungan Antonius III Gereja Santa Clara